Disiplin Gereja

By Dr. David Cloud

Disiplin gereja adalah perintah Tuhan yang harus ada dalam sebuah gereja jika gereja tersebut ingin hidup dalam kekudusan dan kemurnian. Gereja yang menerapkan disiplin pada anggota-anggotanya adalah gereja yang hidup, sehat dan kudus. Sebuah gereja dapat dikatakan sehat ketika gereja mengecam keras perbuatan-perbuatan dosa, menegur anggota yang sengaja melakukan, dan mengeluarkan mereka dari keanggotaan apabila mereka tidak mau bertobat dari pelanggaran mereka (Mat.18:15-17; 1Tim.1:19-20; 2Kor.13:2) .

Alkitab bukan hanya memberikan perintah dari Tuhan bahwa kita harus menjalankan disiplin gereja, tetapi juga menyatakan bahwa akan ada trend bagi gereja-gereja untuk mengabaikan disiplin itu.

Kasih sejati dalam bentuk disiplin tidak dikenal dan dipraktekkan hari ini (Amsal 25:12; 27:5). Lebih banyak adalah perasaan sentimental, kepentingan diri sendiri yang selalu disebut dengan nama kasih. Para pemimpin gereja yang mengambil jalan pintas dan berkompromi ketika seharusnya mengkotbahkan kebenaran dan termasuk di dalamnya disiplin gereja.

 Mereka mengatakan bahwa mereka mencintai saudara mereka dan tidak mau menyakiti perasaan mereka. Tetapi kenyataannya adalah mereka sangat mencintai diri mereka sendiri, mereka takut kritikan yang akan iblis luncurkan untuk melawan mereka. Jika mereka setia mengajarkan pengajaran Allah, jika mereka benar-benar mencintai jemaat mereka,  mereka akan mengajarkan dan memimpin mereka untuk melakukan apa yang Tuhan ajarkan, termasuk disiplin gereja. Kasih yang sejati selalu menuntun orang untuk melakukan yang benar (Ibrani 12:5-6).

Apa Yang Terjadi Jika Gereja Gagal Menerapkan Disiplin Dalam Kehidupan Berjemaat?

1. Mengabaikan Disiplin Gereja Adalah Pembrontakan Terhadap Otoritas Allah

Fakta bahwa manusia rusak karena dosa membuatnya memberontak melawan otoritas. Dan pemberontakan ini akan semakin lama semakin jelas menjelang kedatangan Kristus yang kedua kali. Hari ini kita lihat pemberontakan yang tak pernah terjadi sebelumnya melawan otoritas baik yang ada di rumah, disekolah, pemerintah maupun gereja. Mereka ingin melepaskan diri mereka sendiri dari penyataan firman Allah.

Ya, zaman kompromi sudah tiba. Ada banyak kata-kata yang mengilustrasikan: “suara mayoritaslah yang benar”, “semua orang tidak suka hal ini”, “suara rakyat adalah suara Tuhan”, “kamu tidak boleh berkhotbah seperti itu, “orang-orang tidak suka itu, “saya ingin mengikuti konsep anak-anak muda”, semua orang melakukannya, maka pastilah itu benar.” Itu adalah dusta!

2. Mengabaikan Disiplin Gereja Memimpin Kita Ke Dalam Kesombongan

Jemaat Laodikia secara terang-terangan sombong bahwa mereka tidak memerlukan apa-apa. Mereka merasa bahwa mereka telah sukses besar. Gereja dengan gedung besar, uang persembahan banyak, dan keanggotaan yang besar sering melakukan hal yang sama dan menuduh sebagai “fanatik” mereka yang tidak mau berkompromi dengan dunia dan yang mau hidup kudus (Wahyu 3:14-19).

3. Mengabaikan Disiplin Gereja Artinya Menyuburkan Immoralitas

Saat rasul Paulus menulis surat kepada jemaat di Korintus, dia mengingatkan mereka bahwa lalai menindak immoralitas akan mempengaruhi seluruh jemaat. Kemegahanmu tidak baik. Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan? Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama,  bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.

Sungguh sebagai anggota jemaat lokal yang sama dari Tuhan Yesus Kristus, kita adalah penjaga saudara seiman kita. Dan tidak melakukan sesuatu untuk membantu saudara kita, yang sedang menuju kedalam dosa besar sehingga harus diurus oleh jemaat, membuat kita bersalah dihadapan Tuhan. (1Kor.5:6-8)

      Membiarkan dosa yang seharusnya diurus di depan jemaat sama halnya dengan mengijinkan dan menyuburkannya. Hari ini banyak orang tetap dalam posisi terpandang dalam jemaat walaupun mereka adalah pemabuk, pezinah, pembunuh, penzinah, penjudi, perokok, pecandu narkoba, dll. Kita tahu bahwa ada saja orang yang belum percaya yang akan mencari-cari kesalahan gereja dan anggota-anggota gereja, dan mereka punya hak untuk itu, jika gereja tersebut membiarkan dan menyuburkan immoralitas.

4. Mengabaikan Disiplin Gereja Akhirnya Mengabaikan Injil

Semua gereja yang mengabaikan disiplin gereja dikarenakan ingin menyenangkan semua jemaat. Sangat keliru jika jemaat Kristus bersifat demokratis dan bukan teokratis. Itu  membuat  jemaat melakukan apa yang disukai sifat menusia dan bukan apa yang Tuhan perintahkan. Banyak gereja yang berkata bahwa mereka menentang kemabukan, perzinahan, perjudian, dll, tetapi gereja tersebut tidak mengambil tindakan apa-apa pada anggota mereka yang terlibat dalam hal itu.

      Ini seperti orang yang berkata bahwa ia menentang adanya ular berbisa dirumahnya, tapi tidak berbuat apa-apa ketika ada yang menaruh seekor ular berbisa dikamarnya. Sikap kompromi ini bertumbuh seperti kelumpuhan yang menjalar. Dan sebelum ada yang sadar, gereja itu sudah begitu lemah menentang dosa. Mereka hanya duduk dan mencoba menyenangkan semua pihak sambil memberikan beberapa khotbah-khotbah yang umum (kasih, berkat, uang, memberi, sukses, dll).

      Tentunya, ketika gereja sudah pada tahap ini, mereka tidak dapat lagi memberitakan injil, apalagi menjadi terang dan garam bagi dunia. Gereja demikian sudah dipenuhi oleh anggota-anggota yang tidak bertobat, sehingga suara mayoritas jemaat, yang mereka kira adalah suara Tuhan, tidak akan membiarkan khotbah-khotbah yang sedemikian “keras” terdengar di mimbar gereja. Mereka tidak memerlukan apa-apa dalam benak mereka, bahkan injil pun tidak.

5. Mengabaikan Disiplin Gereja Membuat Gereja Tidak Lebih Dari Perkumpulan Sosial

      Karena pemberontakan terhadap kebenaran, kebanyakan gereja tidak lebih dari suatu perkumpulan sosial. Dengan maraknya program makan-minum, aksi sosial, program olahraga, dan segala jenis program entertainment di dalam jemaat-jemaat hari ini, sebagian besar dari mereka memang adalah anggota perkumpulan sosial. Jika Elia, Musa, Amos, Paulus, Yohanes pembabtis, atau bahkan Tuhan Yesus sendiri berdiri dan berkotbah di rata-rata jemaat hari ini, mereka akan dianggap ekstrim, bodoh dan fanatik karena begitu kasar dan mereka tidak akan diundang untuk berkhotbah lagi.

      Seseorang bisa bergabung dengan gereja hari ini tanpa komitmen untuk hidup kudus, bahkan melakukan banyak pelanggaran moral selama bertahun-tahun, dan tidak ada yang mendisiplinkan dia. Perkumpulan sosial pun tidak mau dipermainkan sesuka hati. Suatu tragedi dan hal yang memalukan bahwa jemaat dari Tuhan Yesus Kristus kurang dihormati dibandingkan perkumpulan sosial, dan semua ini karena usaha untuk menyenangkan kedagingan manusia.

6. Mengabaikan Disiplin Gereja Menyebabkan Kehilangan Kerohanian

      Banyak gereja sekarang tidak ubahnya seperti gereja Sardis dan Laodikia yang merasa hidup, padahal mati, yang merasa kaya, padahal miskin, buta dan melarat (Wahyu 3:1; 17). Mereka tidak punya tempat bagi injil keselamatan. Banyak yang lebih peduli akan laporan tahunan gereja dari pada mencari orang terhilang, mendewasakan iman mereka yang telah diselamatkan, dan berjalan dalam hidup bersama Tuhan dalam kekudusan. Ada yang lebih peduli akan bangunan megah daripada mengutus penginjil, lebih banyak berkumpul daripada meninginjil.

      Oh,betapa duniawi dan materialistis  jemaat-jemaat  zaman sekarang. Betapa mudah nilai-nilai rohani terhilang ditelan nafsu kedagingan. Betapa sering akhirnya mereka mencoba menyenangkan manusia jasmani yang tidak mengenal Kristus. Namun pada akhirnya, jemaat demikian adalah kegagalan total.

7. Mengabaikan Disiplin Gereja Membuat Keanggotaan Gereja Tidak Berarti

      Berapa banyak anggota jemaat gereja zaman sekarang  yang  kalau mati, tidak berdampak apa-apa pada gereja tersebut, tidak ada dampak pada pekerjaan Tuhan? Dapatkan seseorang dengan jujur berkata bahwa keanggotaan di suatu gereja sungguh membawa dampak jika semua anggota lain sama seperti dirinya? Angka keanggotaan gereja di Amerika Serikat sedang dalam  jumlah tertinggi, tapi toh tingkat kejahatan juga meninggi. Apakah hari ini menjadi anggota suatu jemaat masih ada maknanya, ataukah hanya sebagai suatu title saja?

      Jika gereja mau menghargai otoritas Kristus dan Firmannya dan bukannya memberontak, maka hasilnya akan berbeda. Keanggotaaan gereja akan menjadi bermakna. Saya lebih baik menjadi anggota suatu jemaat lokal tubuh Kristus daripada organisasi manapun di bumi ini. Namun hari ini banyak yang lebih menghargai keanggotaan mereka di berbagai klub, partai politik, dan organisasi lain daripada di gereja. Mereka membuktikan hal tersebut karena betapa kecil porsi hidup mereka yang disisihkan untuk urusan gereja. Ini semua kembali kepada kegagalan gereja-gereja untuk melakukan apa yang Yesus ajarkan, yaitu bahwa anggota yang bersalah  harus ditegur, dan bila tidak bertobat harus dikeluarkan dari gereja. Betapa mahal harga yang harus dibayar karena kelalaian ini.

By Dr. David Cloud (www.wayoflife.org)

Tentang Alki Tombuku

Gembala GBIA Depok, Pengajar Alkitab, Konselor dan Konsultan Theologi dan Politik
Pos ini dipublikasikan di Kedewasaan Rohani dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar